Diam Dalam Rasa - Cerpen

Hidup akan terasa lebih indah jika kita memiliki seseorang yang kita sayangi. Seperti halnya diriku, aku sangat beruntung masih memiliki orang tua yang sangat sayang kepadaku, dan saudara perempuanku yang saat ini masih berumur 2 tahun. Mereka adalah nafas dalam hidupku. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya diriku bila mereka tak ada di sisiku. Selain itu, tidak ketinggalan juga kehadiran seorang sahabat yang selalu hadir di sisiku saat suka maupun duka. Kadang perhatian seorang sahabat pun dapat melebihi perhatian seorang saudara. Bahkan tanpa aku sadari, sahabat telah menjadi salah satu bagian dalam hidupku.

            Pada halaman tengah diaryku, kisah ini bermula. Aku menemukan sahabat terbaikku, namanya Vanny. Dia jelas bukan seorang malaikat, namun aku dapat melihat semua kebaikan yang memancar dari setiap lekuk raut wajahnya. Aku bertemu dengannya pertama kali saat kegiatan MOS di sekolah baruku.

            Saat itu adalah pertama kalinya aku bertemu dengan Vanny. Tatapan matanya saat itu masih teringat jelas dalam memoriku. Senyumannya yang begitu tenang dan damai mampu memukau siapa saja.

            “ kenalin, aku Vanny. Aku masuk kelompok 3A ”, kata Vanny memperkenalkan dirinya padaku.
 “ aku Farhan, low boleh tau lo tinggal di mana? “, tanyaku pada Vanny.
 “ aku aslinya dari Yogjakarta, tapi di sini aku tinggal di rumah nenekku ”.

 Sebelum Vanny menyelesaikan pembicaraannya, bel sekolah berbunyi, tanda peserta MOS harus segera berkumpul di lapangan sekolah untuk diberikan arahan dan himbauan dari kepala sekolah.

            Memang sungguh ribet dan susah harus kembali menjadi peserta MOS yang harus menggunakan pakaian aneh yang sungguh menyebalkan itu. Seperti harus memakai kaos kaki yang berbeda warnanya, tasnya menggunakan kantong kresek berwarna belang, pake topi dari kardus, apalagi harus pakai papan nama dari kardus yang norak abis. Memang, sungguh membosankan dan menyebalkan ketika berada di moment moment MOS seperti ini.

            Saat semua peserta MOS sedang berkumpul di lapangan, aku malah asyik sendiri memperhatikan Vanny yang ada di sebelah kanan barisanku. Ketika sedang asyik memperhatikan Vanny, ternyata banyak sekali pengarahan yang diberikan oleh Kepala Sekolah. Sungguh menyesal sekali aku tidak mendengarkannya. Padahal banyak sekali manfaatnya bagi seorang pelajar sepertiku. Setelah beberapa saat kemudian, semua peserta MOS dibubarkan oleh Kakak- kakak OSIS.

            Keesokan harinya, seluruh peserta MOS gempar. Berita mengenai progam placement class di sekolahku kini menjadi Tranding topic yang ramai dibicarakan di antara teman-temanku. Benar saja, puncaknya, pagi itu ada pengumuman mengenai hasil placement test  yang sudah kami jalani sebelumnya. Semua murid baru berlarian menuju papan pengumuman untuk melihat hasil placement test  kemarin.

Tidak mau kalah, Aku dan Vanny juga ikut berkerumun di depan papan pengumuman. Tapi sayang, Aku dan Vanny mendapatkan kelas yang berbeda. Kemudian, tiba-tiba salah seorang murid baru berlari dan dengan tidak sengaja menabrak Vanny dari belakang. Vanny terjatuh menuju ke arahku. Aku yang masih lugu dan polos ini pun hanya terdiam dan terdiam. Nervous abis dech. Karena posisi Vanny yang hanya dibatasi oleh tas yang digendongnya. Vanny hanya tersenyum memandangiku. Aku segera mengakhiri lamunanku. Aku membantu Vanny untuk berdiri.

            Hari pun berganti bulan, Aku dan Vanny sudah menjadi teman yang sangat akrab. Kami sering pergi ke kantin bersama, pergi ke perpustakaan bersama, dan tidak jarang kami juga pulang bersama. Kini masa sekolahku terasa tidak begitu membosankan sejak aku berteman dengan Vanny.

            Kicauan burung menari-nari di angkasa, sungguh indah bila memandangnya. Embun pagi menyejukkan hati, semerbak wangi mawar menyegarkan pikiranku. Indahnya alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, tak ada yang bisa menandingiNYA. Ricuhan murid- murid SMP bagaikan burung-burung yang sedang bernyanyi. Tiba-tiba Vanny menghampiriku.

            “ Han, ntar malem bisa ndak ke rumahku?, kita belajar kelompok. Aku gak bisa belajar sendirian “.
“ iya, boleh aja. Jam berapa? ”.
“ ntar malem aja jam 7 “.
“ iya, ntar aku usahain deh“.
“ Ok. Sampai jumpa ntar malem yah J“.

Bel sekolah pun berbunyi tanda waktu pelajaran dimulai. Aku pergi meninggalkan Vanny dan bergegas masuk ke dalam kelasku. Vanny kemudian berlari menghampiri teman-teman satu kelasnya. Mereka segera masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran pagi hari ini.

Sepinya hari ini terasa lebih sunyi, seolah tak ada suara gaduh sedikit pun. Tidak ada suara ribut murid SMP yang meramaikan sekolah. Mereka sangat tenang mengikuti setiap pelajaran di sekolah.

Bel istirahat pun berbunyi. Murid-murid sekolah bagai kerumunan burung yang keluar dari sarangnya. Mereka berbondong-bondong berlarian menuju kantin gaul Bu Ida. Namun aku tidak berniat pergi ke kantin. Aku lebih memilih duduk di kelas sambil mendengarkan lagu di MP3-ku.

“ aku tanpamu… butiran debuu... “, masih terus mengalun merdu dari MP3-ku. Mulutku ikut komat-kamit mengikuti irama lagu ini. Aku terlihat sangat menjiwai lagu ini. Memang ada yang lain dalam diriku setelah 1 tahun persahabatanku dengan Vanny berjalan. Hufftt.., tidak terasa 1 tahun sudah aku berada di sekolah ini. Sudah 1 tahun ini juga aku berteman dengan Vanny. Susah senang kami lalui bersama. Vanny memang sahabatku yang baik dan manis. Memang begitu kok kenyataannya. Bukan karena aku yang terlalu berlebihan menilainya. Sahabat yang di saat duka selalu menghibur dan di saat suka selalu hadir ‘tuk berbagi tawa. Vanny pernah bilang kalau semua saran dariku selalu diturutinya dan begitu pun sebaliknya. Pokoknya di mana ada aku di situ ada Vanny.

Pada malam harinya, aku segera pergi ke rumah Vanny. Rumahnya memang sedikit jauh dari rumahku. Sekitar 10 Blok dari rumahku. Hembusan angin malam yang begitu kencang membuat suasana malam menjadi semakin dingin. Tetapi begitu aku harus segera pergi ke rumah Vanny. Aku sudah berjanji kepadanya. Aku bergegas mengayuh sepedaku. Setibanya di sana Vanny sudah menunggu di depan teras rumahnya.

“ Lama banget sih.. “, gerutunya.
“ iya maaf deh, udah lama nunggu ya? “.
“ ya nggak juga sih, yuk masuk ke dalam “, Vanny mempersilahkan aku masuk.
“ maaf ya, kamarku berantakan banget nih “.
“ ieh, jorok banget sih, hehe.. ya udah gak apa-apa “.                              

Vanny mengambil buku PR matematikanya dan kami mulai mengerjakan soal demi soal. Eh, taunya pas soal nomor 6 Vanny udah gak bisa ngerjain.

“ gimana nih, Han?, susah amat yak.. bantuin dong “.
“ oh, kamu cari Radiannya dulu, abis tu tinggal dikali ama sudut lancipnya, gampang kan “.
“ oh, gitu, makasih ya “.
“ iya sama-sama “.

Kami berdua mengerjakan tugas bersama-sama. Dan akhirnya tugas Matematika dan Biologi kami sudah selesai sebelum jam 9 malam. Aku pun berpamitan kepada Vanny. Setelah itu, kami berpisah. Di luar dugaan, Vanny memintaku ikut dengannya. Satu permintaan yang sulit di tolak. Kami berdua menuju sebuah bangku taman yang ada di depan rumah Vanny. Kami menikmati malam sambil duduk berdua di bangku itu sambil bertukar cerita dan bercanda. Malam pun kian larut. Vanny mengantarku sampai ke depan pintu gerbang rumahnya. Sesampainya di pintu gerbang, tiba-tiba Vanny menarik tanganku.

“ eh, makasih ya, Han, kapan-kapan main lagi dong “.
“ iya, minggu depan kan udah liburan, ntar aku main lagi ke sini dech “.
“ ya udah, hati-hati di jalan ya “.
“ iya… “.

 Ya begitulah, hampir setiap ada kesempatan kami pasti bersama. Gak pernah ada pikiran yang “ aneh “. Gak ada perasaan apa-apa termasuk Cinta !!.

Tapi yang membuat aku heran. kenapa Vanny sampai saat ini belum juga punya cowok. Padahal kalo di pikir-pikir, Vanny gak terlalu sulit untuk mendapatkan cowok. ‘Mang sih, Vanny adalah tipe cewe’ yang sulit jatuh cinta. Gak sembarangan Vanny menilai seorang cowok. Ya memang, inilah yang membuat aku semakin kagum padanya.

Kini canda dan tawanya adalah warna dalam hidupku. Aku berharap masih bisa melihat senyum manis Vanny lebih lama lagi. Aku tak ingin semuanya berlalu begitu cepat. Vanny juga merupakan salah satu alasan yang buat aku betah di masa SMP yang aku anggap biasa aja. Aku sekarang masih duduk manis di sampingnya menjadi teman biasa. Entah akankah posisi itu berubah aku pun tak tahu. Tapi mungkin saja posisi itu bisa berubah. Entah kapan pun itu. Only time will tell…
Previous
Next Post »

Add your comment here ConversionConversion EmoticonEmoticon